Segala puji hanyalah milik ALLAH, Rabb yang Maha Suci lagi
Maha Agung, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Salam dan selawat semoga
senantiasa kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta istri
dan keluarga beliau.
Sunat Dhuha adalah salah satu shalat sunat yang sangat
dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka adalah kebaikan
bagi kita untuk mengetahui sunnah ini.
KEUTAMAAN DHUHA
Dari Abu Dzar,
dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, beliau bersabda: “Pada pagi hari setiap tulang (persendian)
dari kalian akan dihitung
sebagai sedekah. Maka setiap tasbih
adalah sedekah, setiap tahmid
adalah sedekah, setiap tahlil
adalah sedekah, setiap takbir
adalah sedekah, memerintahkan
kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang
dari berbuat munkar (nahi munkar) adalah sedekah. Semua itu cukup dengan dua rakaat
yang dilaksanakan di waktu Dhuha.”
[HR. Muslim,
Abu Dawud dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah]
Dari Abu
Hurairah, ia berkata: “Kekasihku Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
telah berwasiat kepadaku tiga
perkara: [1] puasa tiga hari setiap bulan, [2] dua rakaat shalat Dhuha dan [3] melaksanakan shalat witir sebelum tidur.”
[HR. Bukhari, Muslim, Turmuzi, Abu Dawud, Nasa’i,
Ahmad dan Ad-Darami]
Dari Abud
Darda, ia berkata: “Kekasihku telah
berwasiat kepadaku tiga hal. Hendaklah saya tidak pernah meninggalkan
ketiga hal itu selama saya masih hidup: [1] menunaikan puasa selama tiga hari pada setiap bulan, [2] mengerjakan shalat Dhuha, dan [3] tidak tidur sebelum menunaikan
shalat Witir.”
[HR. Muslim,
Abu Dawud, Turmuzi dan Nasa’i]
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas)
rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]
Dari Abu Said [Al-Khudry], ia berkata: Adalah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan shalat Dhuha, sehingga kami mengira
bahwa beliau tidak pernah meninggalkannya. Dan jika beliau meninggalkannya,
kami mengira seakan-akan beliau tidak pernah mengerjakannya”.
[HR. Turmuzi, hadis hasan]
ANJURAN SHALAT DHUHA
Dari Aisyah, ia berkata: “Saya tidak pernah sama sekali
melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunaikan shalat Dhuha,
sedangkan saya sendiri mengerjakannya. Sesungguhnya Rasulullah SAW pasti akan
meninggalkan sebuah perbuatan meskipun beliau menyukai untuk mengerjakannya.
Beliau berbuat seperti itu karena khawatir jikalau orang-orang ikut mengerjakan
amalan itu sehingga mereka menganggapnya sebagai ibadah yang hukumnya wajib
(fardhu).”
[HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ahmad, Malik dan Ad-Darami]
Dalam Syarah An-Nawawi disebutkan:
Aisyah berkata seperti itu karena dia tidak setiap saat
bersama Rasulullah. Pada saat itu Rasulullah memiliki istri sebanyak 9
(sembilan) orang. Jadi Aisyah harus menunggu selama 8 hari sebelum gilirannya
tiba. Dalam masa 8 hari itu, tidak selamanya Aisyah mengetahui apa-apa yang
dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah istri beliau yang
lain.
WAKTU SHALAT DHUHA
Dari Zaid bin Arqam, bahwa ia melihat orang-orang
mengerjakan shalat Dhuha [pada waktu yang belum begitu siang], maka ia berkata:
“Ingatlah, sesungguhnya mereka telah mengetahui bahwa shalat Dhuha pada selain
saat-saat seperti itu adalah lebih utama, karena sesungguhnya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Shalatnya orang-orang yang kembali
kepada ALLAH adalah pada waktu anak-anak onta sudah bangun dari pembaringannya
karena tersengat panasnya matahari”.
[HR. Muslim]
Penjelasan:
Anak-anak onta sudah bangun karena panas matahari itu
diqiyaskan dengan pagi hari jam 08:00 AM,
adapun sebelum jam itu dianggap belum ada matahari yang sinarnya dapat
membangunkan anak onta.
WAKTU-WAKTU HARAM
- Dari Ibnu Abbas berkata: “Datanglah orang-orang yang diridhai dan ia ridha kepada mereka yaitu Umar, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang sholat sesudah Subuh hingga matahari bersinar, dan sesudah Asar hingga matahari terbenam.” [HR. Bukhari]
- Dari Ibnu Umar berkata: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Apabila sinar matahari terbit maka akhirkanlah (jangan melakukan) sholat hingga matahari tinggi. Dan apabila sinar matahari terbenam, maka akhirkanlah (jangan melakukan) sholat hingga matahari terbenam”. [HR. Bukhari]
- Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang dua sholat. Beliau melarang sholat sesudah sholat Subuh sampai matahari terbit dan sesudah sholat Asar sampai matahari terbenam. [HR. Bukhari]
- Dari Muawiyah ia berkata (kepada suatu kaum): “Sesungguhnya kamu melakukan sholat (dengan salah). Kami telah menemani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kami tidak pernah melihat beliau melakukan sholat itu karena beliau telah melarangnya, yaitu dua rakaat sesudah sholat Asar”. [HR. Bukhari]
- Dari Uqbah bin Amir: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang sholat pada tiga saat: (1) ketika terbit matahari sampai tinggi, (2) ketika hampir Zuhur sampai tergelincir matahari, (3) ketika matahari hampir terbenam.” [HR. Bukhari]
- Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang sholat pada waktu tengah hari tepat (matahari di atas kepala), sampai tergelincir matahari kecuali pada hari Jumat. [HR. Abu Dawud]
Menurut
jumhur ulama, sholat ini adalah sunat Tahiyatul Masjid, selain sholat ini tetap
dilarang melakukan sholat apapun.
Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
“Matahari terbit dengan diikuti setan. Pada waktu mulai terbit, matahari berada
dekat dengan setan, dan ketika telah mulai meninggi berpisah darinya. Pada
waktu matahari berada tepat di tengah-tengah langit, ia kembali dekat dengan
setan, dan ketika telah zawal (condong ke arah barat) ia berpisah darinya. Pada
waktu hampir terbenam, ia dekat.
JUMLAH RAKAAT SHALAT DHUHA
4 RAKAAT
Dari Mu’dzah, bahwa ia bertanya kepada Aisyah: “Berapa
jumlah rakaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menunaikan shalat
Dhuha?”
Aisyah menjawab: “Empat rakaat dan beliau menambah bilangan
rakaatnya sebanyak yang beliau suka.”
[HR. Muslim dan Ibnu Majah]
12 RAKAAT
Dari Anas [bin Malik], bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak 12 (dua belas)
rakaat, maka ALLAH akan membangunkan untuknya istana di syurga”.
[HR. Turmuzi dan Ibnu Majah, hadis hasan]
8 RAKAAT
Dari Ummu Hani binti Abu Thalib, ia berkata: “Saya
berjunjung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tahun Fathu
(Penaklukan) Makkah. Saya menemukan beliau sedang mandi dengan ditutupi sehelai
busana oleh Fathimah putri beliau”.
Ummu Hani berkata: “Maka kemudian aku mengucapkan salam”.
Rasulullah pun bersabda: “Siapakah itu?” Saya menjawab: “Ummu Hani binti Abu
Thalib”. Rasulullah SAW bersabda: “Selamat datang wahai Ummu Hani”.
Sesudah mandi beliau menunaikan shalat sebanyak 8 (delapan)
rakaat dengan berselimut satu potong baju. Sesudah shalat saya (Ummu Hani)
berkata: “Wahai Rasulullah, putra ibu Ali bin Abi Thalib menyangka bahwa dia
boleh membunuh seorang laki-laki yang telah aku lindungi, yakni fulan Ibnu
Hubairah”.
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“sesungguhnya kami juga melindungi orang yang kamu lindungi, wahai Ummu Hani”.
Ummu Hani juga berkata: “Hal itu (Rasulullah shalat) terjadi
pada waktu Dhuha.”
[HR. Muslim)
TATA CARA SHALAT SUNAT DHUHA
- Berniat untuk melaksanakan shalat sunat Dhuha setiap 2 rakaat 1 salam. Seperti biasa bahwa niat itu tidak harus dilafazkan, karena niat sudah dianggap cukup meski hanya di dalam hati.
- Membaca surah Al-Fatihah
- Membaca surah Asy-Syamsu (QS:91) pada rakaat pertama, atau cukup dengan membaca Qulya (QS:109) jika tidak hafal surah Asy-Syamsu itu.
- Membaca surah Adh-Dhuha (QS:93) pada rakaat kedua, atau cukup dengan membaca Qulhu (QS:112) jika tidak hafal surah Adh-Dhuha.
- Rukuk, iktidal, sujud, duduk dua sujud, tasyahud dan salam adalah sama sebagaimana tata cara pelaksanaan shalat fardhu.
- Menutup shalat Dhuha dengan berdoa. Inipun bukan sesuatu yang wajib, hanya saja berdoa adalah kebiasaan yang sangat baik dan dianjurkan sebagai tanda penghambaan kita kepada ALLAH.
Sebagaimana shalat sunat lainnya, Dhuha dikerjakan dengan 2
rakaat 2 rakaat, artinya pada setiap 2 rakaat harus diakhiri dengan 1 kali
salam.
Adapun surah-surah yang dibaca itu tidak ada hadis yang
mengaturnya melainkan sekedar ijtihad belaka, kecuali membaca Qulya dan Qulhu
adalah sunnah Rasulullah, tetapi bukan untuk shalat Dhuha, melainkan shalat
Fajr. Kita tidak dibatasi membaca surah yang manapun yang kita sukai, karena
semua Al-Qur’an adalah kebaikan.
Doa pun tidak dibatasi, kita boleh berdoa apa saja asalkan
bukan doa untuk keburukan.
Doa yang terkenal
dalam mazhab Syafi’i ada pada slide selanjutnya. Selain doa itu kita boleh membaca doa yang kita
sukai. Namun karena ada aturan
mazhab, maka hendaklah kita jangan melupakan agar memulai doa itu dengan
menyebut nama ALLAH, memuji syukur kepada-NYA dan kemudian bershalawat kepada
Nabi Muhammad SAW.
ALLAAHUMMA INNADH-DHUHAA ‘ADHUHAA ‘UKA - WAL BAHAA ‘ABAHAA
‘UKA – WAL JAMAALA JAMAALUKA – WAL QUWWATA QUWWATUKA – WAL QUDRATA QUDRATUKA –
WAL ‘ISHMATA ‘ISHMATUKA.
ALLAAHUMMA IN KAANA RIZQII FIS-SAMAA ‘I FA ANZILHU – WA IN
KAANA FIL ARDI FA AKHRIJHU – WA IN KAANA MU’ASSARAN FA YASSIRHU – WA IN KAANA
HARAAMAN FATHAHHIRHU – WA IN KAANA BA’IIDAN FA QARRIBHU, BIHAQQI DHUHAA ‘IKA,
WA BAHAA ‘IKA, WA JAMAALIKA, WA QUWWATIKA, WA QUDRATIKA.
AATINII MAA ‘ATAITA ‘IBAADAKASH-SHAALIHIIN.
Artinya:
“Wahai ALLAH, bahwasanya waktu Dhuha itu waktu Dhuha-MU –
dan kecantikan adalah kecantikan-MU – dan keindahan adalah keindahan-MU – dan
kekuatan adalah kekuatan-MU – dan kekuasaan adalah kekuasaan-MU - dan
perlindungan itu adalah perlindungan-MU.
Wahai ALLAH, jikalau rejekiku masih diatas langit, maka
turunkanlah – Dan jikalau ada didalam bumi maka keluarkanlah – dan jikalau
sukar maka mudahkanlah – dan jika haram maka sucikanlah - dan jikalau masih
jauh maka dekatkanlah dengan berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan
dan kekuasaan-MU.
Limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan
kepada hamba-hambamu yang shaleh.