Senin, 12 Desember 2011

Kelenteng Boen San Bio

Kelenteng Boen San Bio adalah sebuah kelenteng unik megah berusia tua di Jl. Pasar Baru, Kelurahan Kranjaya, Karawaci, Tangerang yang dipergunakan sebagai tempat beribadah bagi penganut Kong Hu Cu, Tao dan Buddha.Kelenteng Boen San Bio, yang juga dikenal dengan nama Vihara Nimmala, lokasinya berada di Jl. Pasar Baru, Kelurahan Kranjaya, Karawaci, Tangerang.
Halaman samping Kelenteng Boen San Bio cukup luas, dan mampu menampung beberapa puluh kendaraan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kabarnya Kelenteng Boen San Bio telah memecahkan 11 rekor MURI, diantaranya dengan menegakkan 1.150 telur dalam waktu hanya beberapa menit yang dilakukan oleh 108 orang.
Kelenteng Boen San Bio
Jika di atap kebanyakan kelenteng biasanya dijaga oleh patung sepasang naga yang berhadapan, maka yang unik di Kelenteng Boen San Bio adalah atap kelenteng dijaga oleh sepasang burung Fenghuang (burung api, Phoenix) yang indah, dengan sebutir mutiara diantara keduanya.
Kelenteng Boen San Bio
Burung Fenghuang (Phoenix) adalah burung mitos yang tidak pernah mati, karena jika telah berusia tua ia akan membakar dirinya sendiri dan dari abunya akan terlahir kembali burung Phoenix yang muda.
Fenghuang konon tercipta dari paruh ayam jantan, muka burung walet, kening burung, leher ular, dada angsa, punggung kura-kura, bagian kaki belakang dan pinggang rusa jantan, dan ekor ikan. Tubuhnya melambangkan enam benda langit, yaitu kepala adalah langit, mata adalah matahari, punggung adalah bulan, sayap adalah angin, kaki adalah bumi, dan ekor melambangkan planet-planet. Sayapnya memiliki lima warna dasar: hitam, putih, merah, biru dan kuning.
Kelenteng Boen San Bio
Sebuah patung Singa dengan dua ekor anaknya yang ditugaskan untuk menjaga halaman depan Kelenteng Boen San Bio.
Kelenteng Boen San Bio
Sebuah Hiolo (tempat meletakkan batang hio yang telah dibakar) yang terbuat dari bahan sejenis batu marmar. Lazimnya, kebanyakan kelenteng memiliki berbagai jenis hiolo dengan berbagai ornamen yang terbuat dari besi atau kuningan.
Kelenteng Boen San Bio
Arca Co Su Kong dengan topi 5 warna Buddha dan mengenakan jubah (Jia Sha) di salah satu altar di Kelenteng Boen San Bio. Co Su Kong, panggilan akrab bagi Ching Cui Co Su, adalah Dewa Pelindung para imigran yang berasal dari Coan Ciu. Ia lahir di pegunungan Feng Chai Shan, Kabupaten Qing Xi, Propinsi Fujian pada tanggal 6 bulan 11 Imlek, tahun 1044 M, pada masa pemerintahan Kaisar Ren Zhong tahun keempat, dari DInasti Song (960 – 1279).
Kelenteng Boen San Bio
Arca Hok Tek Tjeng Sin, Dewa Bumi yang banyak dipuja para pedagang dan petani, di Kelenteng Boen San Bio.
Kelenteng Boen San Bio
Bedug dan tambur di Kelenteng Boen San Bio yang biasa ditabuh saat berlangsung upacara dan arak-arakan.
Kelenteng Boen San Bio
Arca Buddha Sakyamuni yang juga disebut Jie Lay Hud di Kelenteng Boen San Bio.
Kelenteng Boen San Bio
Patung Dewi Kwan Im setinggi sekitar 3 meter yang letaknya berada di bagian belakang Kelenteng Boen San Bio, di depan ruang Dhammasala yang merupakan tempat utama umat Buddha untuk melakukan ibadah.
Kelenteng Boen San Bio
Pendopo Pecun di Kelenteng Boen San Bio. Pecun merupakan sebuah upacara tradisional Cina yang melambangkan penghormatan bagi jasad seorang tokoh berpengaruh yang tenggelam dan tewas di sebuah sungai di Cina. Pecun adalah sebuah upaya pencarian yang dilakukan dengan memakai perahu dayung. Perayaan Pecun digelar pertama kali di Tangerang pada tahun 1910.
Kelenteng Boen San Bio pertama kali dibangun pada tahun 1689 oleh seorang pedagang yang berasal dari Cina bernama Lim Tau Koen, dan ia menempatkan patung Kim Sing Kong-co Hok Tek Tjeng Sin yang dibawanya dari Banten. Kelenteng Boen San Bio mengalami beberapa kali renovasi sesudah itu, terutama setelah terjadi kebakaran pada tahun 1998. Bangunan Kelenteng Boen San Bio ini berbentuk empat persegi panjang, yang berdiri di atas tanah seluas 1.650 m2.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com