Cuaca hari ini sangat-sangat panas.Mbah Sarno terus
mengayuh sepeda tuanya menyisir jalan perumahan Condong Catur demi menyambung
hidup.
Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling.
Jika orang lain mungkin berfikir "mau nonton apa saya malam ini?".
Mbah Sarno cuma bisa berfikir "saya bisa makan atau engga malam ini"?.
Di tengah cuaca panas seperti inipun terasa sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan.
Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja.
Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha.
Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.
Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini.Seorang pemuda, usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.
Ketika Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini telah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.
" Wah cepat sekali.
Berapa pak?"
"5000 rupiah mas"
Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya.
Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak memiliki uang kembalian sama sekali apalagi pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.
" Wah mas gak ada uang pas ya?"
" Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak"
" Maaf mas, saya nggak punya uang kembalian"
" Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah, saya cari dulu sebentar pak di warung depan"
" Sudah mas, nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja.
Saya perhatikan mas lagi buru-buru.
Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi"
" Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak."
Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno.
Dia cuma mendapatkan satu pelanggan itupun belum membayar.
Ia terus menanamkan dalam hatinya, " Ikhlas bekerja dan tak berputus asa, Insya Allah akan terbuka jalan."
Waktu menunjukan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di Masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.
" Ya Allah, izinkan aku mencicipi secuil rejekiMU hari ini.
Hari ini aku akan berusaha, selebihnya adalah kehendakMU."
Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.
Saat ia menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu disamping sepedanya.
" Wah kebetulah kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak".
Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan, bukan hanya satu lembar tetapi lima lembar.
" Loh loh mas. Ini belum mecahin uang ya. Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok lima lembar mas. Ini nggak salah ambil mas.?"
" Sudah pak terima saja. Saya sudah diterima tadi, pak.
Alhamdulillah hari ini saya tes wawancara, dan Allah menolong saya. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya ya."
Tak kuasa menahan haru yang sangat, Mbah Sarno tersengguk menangis.
Terimakasih ya Allah atas rejekiMU hari ini. Sungguh benar Engkau begitu dekat.
Sumber Page FB : BERANDA KITA.
Mbah Sarno sudah puluhan tahun berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling.
Jika orang lain mungkin berfikir "mau nonton apa saya malam ini?".
Mbah Sarno cuma bisa berfikir "saya bisa makan atau engga malam ini"?.
Di tengah cuaca panas seperti inipun terasa sulit baginya untuk mendapatkan pelanggan.
Bagi Mbah Sarno, setiap hari adalah hari kerja.
Dimana ada peluang untuk menghasilkan rupiah, disitu dia akan terus berusaha.
Hebatnya, beliau adalah orang yang sangat jujur. Meskipun miskin, tak pernah sekalipun ia mengambil hak orang lain.
Jam 11, saat tiba di depan sebuah rumah di ujung gang, diapun akhirnya mendapat pelanggan pertamanya hari ini.Seorang pemuda, usia 20 tahunan, terlihat sangat terburu-buru.
Ketika Mbah Sarno menampal sepatunya yang bolong, ia terus menerus melihat jam. Karena pekerjaan ini telah digelutinya bertahun-tahun, dalam waktu singkat pun ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya.
" Wah cepat sekali.
Berapa pak?"
"5000 rupiah mas"
Sang pemuda pun mengeluarkan uang seratus ribuan dari dompetnya.
Mbah Sarno jelas kaget dan tentu ia tidak memiliki uang kembalian sama sekali apalagi pemuda ini adalah pelanggan pertamanya hari ini.
" Wah mas gak ada uang pas ya?"
" Nggak ada pak, uang saya tinggal selembar ini, belum dipecah pak"
" Maaf mas, saya nggak punya uang kembalian"
" Waduh repot juga kalo gitu. Ya sudah, saya cari dulu sebentar pak di warung depan"
" Sudah mas, nggak usah repot-repot. Mas bawa dulu saja.
Saya perhatikan mas lagi buru-buru.
Lain waktu saja mas kalau kita ketemu lagi"
" Oh syukurlah kalo gitu. Ya sudah makasih ya pak."
Jam demi jam berlalu dan tampaknya ini hari yang tidak menguntungkan bagi Mbah Sarno.
Dia cuma mendapatkan satu pelanggan itupun belum membayar.
Ia terus menanamkan dalam hatinya, " Ikhlas bekerja dan tak berputus asa, Insya Allah akan terbuka jalan."
Waktu menunjukan pukul 3 lebih ia pun menyempatkan diri shalat Ashar di Masjid depan lapangan bola sekolah. Selesai shalat ia berdoa.
" Ya Allah, izinkan aku mencicipi secuil rejekiMU hari ini.
Hari ini aku akan berusaha, selebihnya adalah kehendakMU."
Selesai berdoa panjang, ia pun bangkit untuk melanjutkan pekerjaannya.
Saat ia menuju sepedanya, ia kaget karena pemuda yang tadi siang menjadi pelanggannya telah menunggu disamping sepedanya.
" Wah kebetulah kita ketemu disini, Pak. Ini bayaran yang tadi siang pak".
Kali ini pemuda tadi tetap mengeluarkan uang seratus ribuan, bukan hanya satu lembar tetapi lima lembar.
" Loh loh mas. Ini belum mecahin uang ya. Maaf mas saya masih belum punya kembalian. Ini juga kok lima lembar mas. Ini nggak salah ambil mas.?"
" Sudah pak terima saja. Saya sudah diterima tadi, pak.
Alhamdulillah hari ini saya tes wawancara, dan Allah menolong saya. Telat 5 menit saja saya sudah gagal pak. Untung bapak membiarkan saya pergi dulu. Insya Allah minggu depan saya berangkat ke Prancis pak. Saya mohon doanya ya."
Tak kuasa menahan haru yang sangat, Mbah Sarno tersengguk menangis.
Terimakasih ya Allah atas rejekiMU hari ini. Sungguh benar Engkau begitu dekat.
Sumber Page FB : BERANDA KITA.